Kisah Anak Sopir Bus Malam Lulus Cum Laude dan Raih IPK 3,82
Kisah Anak Sopir Bus Malam Lulus Cum Laude dan Raih IPK 3,82
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Olivia Nike Purnomo sukses lulus cum laude serta jadi kebanggaan keluarga. Ia mencapai prestasi yang luar biasa baik meski dilanda kesusahan ekonomi.
Dilansir dari halaman web Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nike merupakan gadis Yoyok Purnomo serta Sri Yatmi. Keduanya menjabat sebagai sopir bus malam dan penjual bakmi serta nasi goreng. Orang tua sangat peduli pada pendidikan meski harus bekerja keras menyekolahkan tiga anaknya.
"Kedua orang tua saya yang cuma sopir bus serta penjual nasi goreng sanggup mengantarkan anaknya bergelar sarjana, hanya ini kebahagiaan yang bisa saya bagikan buat mereka," ucap Nike yang lulus dengan IPK 3,82.
Saking sulitnya keadaan ekonomi keuangan keluarga, Nike sempat diminta tinggal kelas karena belum bayar SPP. Kondisi sedikit membaik saat Nike masuk SMP dan dapat bantuan BOS, sehingga tak butuh bayar SPP. Saat masuk SMA, Nike kembali diterima di sekolah negeri.
Nike yang semula memilih IPA, memutuskan pindah IPS saat di kelas 11. Peringkat sekolahnya selalu baik walaupun tidak sempat ikut les, tidak punya internet di rumah, serta mengalami keterbatasan akses komunikasi. Tetapi keadaan inilah sedikit mengganggu saat seleksi masuk PTN.
Dia tidak memiliki pengetahuan tentang seleksi masuk perguruan tinggi. Nike mengikuti SNMPTN namun gugur karena pindah jurusan. Ia pula gagal di SBMPTN karena tidak tahu materi yang diujikan. Nike sempat berpikir untuk melanjutkan pendidikan di universitas swasta.
"Saya kecewa pada diri sendiri dan patah semangat namun orang tua saya senantiasa menginginkan saya kuliah serta meminta saya mendaftar di perguruan tinggi swasta, namun karena biayanya tinggi saya mendaftar dengan setengah hati," kata Nike yang kuliah di Fakultas Ekonomi UNY prodi pendidikan akuntansi.
Secara tidak sengaja, Nike mengetahui UNY masih membuka program Seleksi Mandiri. Dia ikut daftar dan memilih pendidikan akuntansi sebagai pilihan pertama serta akuntansi sebagai pilihan kedua. Nike ingin mewujudkan cita - citanya sejak kecil menjadi guru.
Nike hanya mengandalkan latihan soal dari buku SBMPTN yang diberikan orang tuanya. Keberuntungan berpihak pada Nike, dia diterima di UNY pada pilihan 1 serta mendapatkan UKT rendah. Kegembiraannya bertambah setelah UNY mengundangnya untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi.
Berhasil mengikuti perkuliahan dengan baik, tantangan untuk Nike belum berhenti. Dia harus menghadapi kenyataan pekerjaan orang tuanya terganggu akibat pandemi. Nike ikut membantu keluarganya bertahan hidup dengan berjualan nasi goreng, kue kering, serta nasi kotak.
Dia pula mengajar les privat pada sebagian anak SD - SMP, sembari mengerjakan tugas akhir. Akibat pandemi COVID - 19, Nike lebih banyak kuliah online sehingga tak perlu kos. Terkait pengerjaan skripsi, Nike tak pernah menunda buat menyelesaikan revisi.
"Saya terkadang tidak tidur serta tidak makan saat mengerjakan skripsi/revisi. Perihal tersebut saya lakukan karena bisa jadi laptop akan digunakan adik saya untuk kuliah," tuturnya.
Akhirnya, doa serta kerja keras Nike berbuah manis. Nike mengikuti yudisium pada bulan Januari serta resmi diwisuda sebulan setelahnya dengan prestasi cum laude. Nike bersyukur diberi kesempatan, didukung oleh keluarga inti dan keluarga besar untuk tetap sekolah hingga kuliah di UNY.